Senin, 07 Januari 2013

sedikit tentang tiang agama islam



Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh
Bisillahirrahmanirrahim
            Dalam suatu ketika saya mendapatkan sebuah pengertian menarik tentang shalat, seorang guru saya ketika SD mengilustrasikan shalat dengan sebuah mangkuk, dia berkata kalau tidak keliru kurang lebih intinya begini “jika diibaratkan benda, shalat itu seperti sebuah mangkuk untuk menampung berbagai isi yang mengibaratkan amalan baik” jadi secara tidak langsung maksudnya adalah jika mangkuk itu retak atau bolong maka isinya akan jatuh sedikit demi sedikit dari dalam mangkuk dan tidak menutup kemungkinan akan habis dan tidak bersisa, dalam hal ini mangkuk yang bolong atau retak adalah shalat yang tidak utuh atau bolong-bolong. Lebih celaka lagi ketika seorang manusia tidak punya mangkuk untuk mengisi amalannya, sebesar dan sebanyak apapun amalan tidak ada tempat yang baik untuk menampungnya dan hal itu terjadi ketika seorang manusia tidak melakukan shalat sama sekali, mungkin demikian.
Berganti ilustrasi, seseorang pernah bilang pada saya bahwa shalat itu diibaratkan angka satu (1) dan amalan lainnya diibaratkan angka nol (0). Ketika sebanyak apapun kita punya angka maka tetap tidak akan bernilai selagi semuanya benar-benar hanya nol namun lain cerita ketika angka satu bertengger di awal bilangan maka setiap tambahan satu nol akan menaikkan nilainya semakin besar, besar dan besaaaar hingga tak hingga. Maka maksudnya tidak berbeda dengan ilustrasi mangkuk sebelumnya, ketika kita punya amalan shalat maka amalan lain pun akan bernilai namun ketika kita tidak punya amalan shalat maka sia-sia lah semua amalan baik yang pernah kita lakukan karena hanya bernilai nol, sebanyak apapun angka nol tanpa satu tetap nilainya nol atau kosong.
Sekalipun telah shalat, shalat yang telah dilakukan entah diterima atau tidak oleh Allah, wallahualam. Semua mungkin tergantung kekhusyukan shalat, shalat yang khusyuk itu adalah shalat yang sempurna baik lahir maupun bathin dimana ketika shalat jasad dan hati menghadap Allah seolah-olah melihat Allah dan jika tidak kelihatan yakinlah bahwa Allah senatiasa melihat kita, kurang lebih demikian dan jujur kekhusyukan itu adalah sesuatu yang cukup sulit dicapai menurut saya pribadi.
Menurut sebuah tulisan yang pernah saya baca, kelak di padang mahsyar Allah akan memanggil manusia yang shalat untuk diperiksa shalatnya, waktu itu shalat dikategorikan pada 5 peringkat, yaitu