
Tapi
ketika lupa sengaja dihadirkan melalui rencana pemikiran sebelumnya maka mereka
menyebutnya -melupakan- dan itu terjadi ketika sesuatu rasa atau ingatan tak
nyaman untuk disimpan dan kita mengharapkan sekeping ingatan itu melebur dan
sedikit demi sedikit hilang, pergi dan jangan kembali lagi.
Melupakan
bukan sesuatu hal yang mudah bahkan kadang sangat sulit dan pada dasarnya
melupakan hanya akan terjadi ketika waktu yang mengantarnya pergi, waktu yang
panjang.
Beralih
arah, jika pada kasus –melupakan- kita adalah subjek namun ketika kita menjadi
objek maka tersebutlah kita sebagai yang –dilupakan-
Dilupakan
terjadi ketika kita yang dirasa tidak nyaman ada dalam ingatan sang subjek.
Kita diharapkan angkat kaki dari rasa, ingatan bahkan kehidupannya. Mengenai
dilupakan itu sendiri mungkin serupa dengan melupakan, memerlukan waktu yang
panjang.
***
Lupa!
Kadang
kesalahan terbesar yang terjadi antarmanusia adalah melupakan kebaikan orang
lain namun mengingat kesalahannya dan itu memang bukan sebuah omong kosong!
Nila setitik rusak susu
sebelanga, mungkin peribahasa itu yang tepat ketika
sesosok manusia merasa telah menerima perlakuan tidak baik dari manusia lain
maka ia akan melupakan kebaikan apapun yang pernah ia terima dari manusia itu
sekalipun antara keburukan dan kebaikannya memiliki perbandingan 1:1000
Entahlah,
siapapun yang keliru dalam hal semacam itu tapi pasti baik subjek maupun objek
memiliki alasan ‘so benar’ nya masing-masing. Ya sudahlah toh di sini bukan
tugas manusia untuk menjudge siapa sang bersalah.
Tapi..
Mungkinkah
akan ada semacam karma dalam kasus lupa ini?
Ketika
seseorang melupakan maka ia cepat atau lambat akan dilupakan begitupun
sebaliknya entah itu dari orang yang sama dan/atau berbeda. Wallahualam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar