Assalamu'alaikum
warahmatullah wabarakatuh.
Ya
akhi ya ukhti saya mencoba sedikit membekaskan coretan-coretan kecil, hanya
sebagai pengisi kekosongan waktu yang berharga ini juga sebagai tulisan pembuka
di blog saya, blog ketiga yang sungguh diharapkan dapat memberi manfaat bagi
siapapun yang menengok. silahkan dibaca dan di ambil manfaatnya
Hidup
kadang terlalu menawan dengan beribu harapan dan rencana istimewa yang kita
rancang demi menyederhanakan sengsara dan duka dalam hari, banyak ini dan itu. Berbagai
target tertata rapi dalam fikiran meski pada nyatanya sedikit berbeda tapi
tetap saja tujuannya sama demi ‘memakmurkan hidup’
Kita
berfikir untuk satu hari, seminggu, sebulan, setahun, sepuluh tahun dan
seterusnyaaaaa ke depan, dalam hati bertanya akan punya apa nanti ketika
masa-masa depan itu? Sukses atau bla bla bla
Cerita
hidup benar-benar hanya cerita untuk konsumsi telinga lalu membiarkan cerita
itu berlalu dan menjauh dan jauh lagi hingga waktu menenggelamkannya.
Ada
kalanya saya berfikir bahwa ketika waktu menghapus saya dari nafasnya apakah
ada cerita hidup yang bermanfaat bagi orang lain? Sebuah pelajaran atau
tauladan? Akan dikenang sebagai orang yang bagaimana saya nanti ketika telah
tiada? Entah.
Sedikit
sharing saja, saya bukan ahli agama yang berilmu tinggi tapi sungguh saya pun
ingin menjadi baik di mata illahi, ingin berbagi dengan sesama sekalipun hanya
berbagi fikiran sederhana .
Inilah
salah satu fikiran yang ingin saya sharing.
Seorang
yang tak terdidik ilmu agama secara khusus tentu akan lebih sulit mempelajari
ilmu agama jika disandingkan dengan mereka yang hidup di lingkungan pendidikan
agama. Betapa fasihnya mereka yang ‘mungkin’ bergaul setiap hari dengan ajaran -
ajaran agama, mereka hafal dan faham dengan isi Al Qur’an dan hadits. Istimewa.
Setiap
orang dididik dengan didikan yang berbeda, dengan cara dan materi yang berbeda.
Misalnya ketika seorang anak ustadz begitu kental dididik ilmu agama sejak
kecil sementara seorang anak pedagang tentu tak akan mendapat didikan yang sama
dengan anak seorang ustadz atau misalnya seorang siswa SMA tak akan mendapat
pendidikan agama sekental yang didapat santri di pesantren.
Lalu
bagaimana?
Ingat!
Jalan terbuka untuk siapa saja yang berjalan dan berniat baik bahkan ketika ia
benar-benar patah arang.
Pihak
yang dianggap memiliki ilmu agama sedikitpun tentu tak seharusnya menjadi malu
atau canggung ketika menyampaikan sesuatu yang menyangkut ilmu agama meski
mungkin dianggap tak cocok atau apalah karena Insya Allah ada pahala untuk kita
sekalipun kebaikan yang kita lakukan hanya seberat zarrah.
Maka
tak ada salahnya bukan jika kita berusaha melakukan kebaikan meski dimulai dari
hal-hal kecil dan tentunya dengan niat ikhlas disamping kita terus mencari ilmu
sebanyak mungkin untuk disampaikan kepada umat muslim yang lain di kemudian
hari jika masih dianugerahi usia.
Ya,
mari kita mulai dengan hal kecil.
Misalnya?
Mungkin
kita dapat memulai dengan membagikan ilmu Al Qur’an, hadits, sunnah rasul,
kisah rasul dan para sahabat, ajakan-ajakan berbuat baik atau menjauhi
keburukan dan lain-lain tentunya semampu kita misalnya di jejaring sosial yang
telah begitu akrab dengan keseharian kita, sebuah status atau komentar di
facebook dan twitter atau melalui blog mungkin merupakan salah satu ladang
untuk menanam kebaikan. Ketika tulisan kita setidaknya menjadi manfaat bagi
pembaca bukankah pahala terus mengalir ketika tulisan baik kita dibaca orang
lain bahkan mungkin ketika kita sudah tak lagi ada di dunia ini namun tulisan
kita tetap ada sebagai jalan atau penghubung pahala untuk kita. Amiin. Maka
marilah kita mulai memposting tulisan – tulisan bermanfaat demi umat sekalipun
itu hanya sependek-pendeknya ayat. Bismillah saya juga akan berusaha seperti
demikian. Setidaknya mari dimulai saat ini juga kita berniat melakukan hal
tersebut atau bahkan lebih dari itu karena niat baik sesungguhnya bukan
kesia-siaan sekalipun itu benar-benar hanya niat.
Ibnu Abbas radiallahu’anhu berkata:
Nabi SAW dari apa yang diriwayatkan dari Allah azza wa jalla bersabda:
Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskan
keduanya, maka siapa yang niat akan berbuat kebaikan lalu tidak dikerjakannya
dicatat untuknya satu kebaikan dan bila dikerjakannya dicatat oleh Allah
sepuluh kebaikan dapat bertambah hingga tujuh ratus kali dan dapat berlipat
lebih dari itu. Sebaliknya, jika niat akan berbuat keburukan (dosa) lalu tidak
dikerjakan dicatat untuknya satu kebaikan yang cukup (sempurna) dan bila niat
lalu dilaksnakan maka dicatat satu dosa. ( Bukhari, Muslim)
Subhanallah.
. .
Mohon
maaf bila terdapat banyak kekeliruan karena sesungguhnya kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Izinkanlah seorang insan tak berilmu tinggi ini berusaha
menyampaikan fikirannya.
Rahimakumullah,
Hafizhanallah, Hadaanallah
Zadanallah
ilman wa hirshan.
Amin
Ya Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum
warahmatullah wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar