Jarum jam telah lancang memaksaku
tuk ikutinya perlahan menggambar jejak-jejak yang terlalu panjang, tak berhenti
tanpa tengokkan parasnya pada rasaku yang mulai membenci. Ini bukan tentang
kufur tapi tentang rindu.
Rindu sederhana, rindu masa ketika
noda tanah bukan masalah, rasa hatiku belum berlubang dan kelabu, tawa
gelandang mengalun berdendang dan tangis nyata hanya basahkan mata.
Jarum jam memang tak katakan izin
dengan santun bahkan bawaku tanpa menuntun
Kini, melimpah drama tanpa panggung
dan rasa sakit saling dilemparkan, kata tajam saling merobek ulu hati pada yang
mereka sebut kawan, bahkan tulus yang mulus terlalu patut dipertanyakan, hingga
kuingin katakan, dewasa itu tidak menyenangkan.
Ya,
kadang sosok manusia terpaksa harus mendewasakan dirinya meski ada beberapa
elemen dari hidupnya yang tak ingin ia ubah.
Masa
kecil, mungkin merupakan masa terringan dimana beban yang terasa hanya sebatas
luka sesaat dan sederhana misalnya pertengkaran sesama teman, ditegur guru,
kurang uang jajan dan hal-hal kecil lainnya yang kadang membuat kita menangis
tanpa ada luka membekas di hati . Kebahagiaan di masa ini mungkin selain dari
hadiah, oleh-oleh ataupun dijajani teman yaitu ketika sepanjang hari tertawa
dan bermain sesukanya tanpa ada jaga gengsi, jaga penampilan atau bahkan tanpa
memperhatikan orang lain yang melihat seberapa anehnya yang kita lakukan.
Dalam
hidup memang seharusnya ada pergeseran peran yang terjadi secara otomatis tanpa
aba-aba sebelumnya dan hal itu kadang membuat ketidaksiapan secara psikis
terlebih ketika masa transisi.
Mungkin
masa transisi dalam kehidupan nyata yaitu ketika masa sekolah dasar tahun-tahun
terakhir dan sekolah menengah pertama.